Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Wednesday 1 August 2012

Mesjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman terletak di pusat kota Banda Aceh, kota yang menjadi ibukota sekaligus pusat pemerintahan Aceh. Masjid ini telah mengalami beberapa kali perluasan dari bangunan dasarnya yang berukuran 537,91 m2. Dari masjid berkubah satu yang dibangun pemerintah Belanda di tahun 1879-1883. Kini Masjid Raya Baiturrahman berdiri megah dengan tujuh kubah, lima menara, dan luas 3.500 m2.

Baca Selengkapnya

Kuala Radja Hotel


Jika apa yang Anda cari adalah hotel yang terletak strategis di Aceh, carilah Kuala Radja Hotel. Dari sini, para tamu dapat menikmati akses mudah ke semua hal yang dapat ditemukan di sebuah kota yang hidup. Surga untuk beristirahat dan bersantai, hotel ini akan menyediakannya kepada Anda dan terletak hanya beberapa langkah dari beberapa atraksi kota ini seperti Mesjid Agung Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh, Stadion Harapan Bangsa.

Di Kuala Radja Hotel, pelayanan cemerlang dan fasilitas yang bagus akan membuat penginapan Anda tak terlupakan. Sejumlah pilihan fasilitas kelas atas seperti layanan kamar, coffee shop, tempat parkir mobil, layanan laundry/dry cleaning, fasilitas rapat dapat dinikmati di hotel ini.

Para tamu dapat memilih dari 48 kamar yang semuanya dilengkapi dengan atmosfir damai dan harmonis. Baik Anda adalah orang yang senang fitness atau hanya ingin bersantai setelah beraktivitas sepanjang hari, Anda akan dihibur dengan fasilitas rekreasi kelas atas seperti taman, pijat. Dengan lokasi ideal dan fasilitas yang setara, Kuala Radja Hotel dapat memenuhinya semua.

baca selengkapnya di http://www.agoda.web.id
Baca Selengkapnya

Rasa Seni Hotel Resort


Terletak strategis di Aceh, Rasa Seni Hotel Resort adalah tempat yang cocok untuk menelusuri kota yang hidup ini. Dari sini, para tamu dapat menikmati akses mudah ke semua hal yang dapat ditemukan di sebuah kota yang hidup. Para pengunjung ke hotel ini dapat menikmati berjalan-jalan di atraksi populer kota ini: Bandar Udara Maimun Saleh.

Di Rasa Seni Hotel Resort, setiap usaha dilakukan untuk membuat tamu merasa nyaman. Dan untuk hal ini, hotel menyediakan yang terbaik untuk pelayanan dan perlengkapannya. Hotel ini menyediakan toko, ruang keluarga, tur, restoran, layanan laundry/dry cleaning untuk menjamin kenyamanan terbaik bagi para tamu kami.

Sebagai tambahan, semua kamar tamu memiliki sejumlah kenyamanan seperti pembuat kopi/teh, balkon/teras, AC, mini bar, shower untuk menyenangi semakin banyak tamu. Hotel ini menawarkan fasilitas rekreasi fantastis termasuk taman, pantai privat, untuk membantu Anda berelaksasi setelah sepanjang hari beraktivitas di kota. Rasa Seni Hotel Resort adalah destinasi paling tepat Anda untuk akomodasi hotel berkualitas di Aceh.

baca selengkapnya di http://www.agoda.web.id
Baca Selengkapnya

Sulthan Hotel International


Jika apa yang Anda cari adalah hotel yang terletak strategis di Aceh, carilah Sulthan Hotel International. Dari sini, para tamu dapat menikmati akses mudah ke semua hal yang dapat ditemukan di sebuah kota yang hidup. Hotel modern ini terletak di dekat atraksi populer kota ini seperti Mesjid Agung Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh, Stadion Harapan Bangsa.

Gunakan kesempatan untuk menikmati pelayanan dan fasilitas yang tak tertandingkan di hotel Aceh ini. Ketika menginap di properti yang luar biasa ini, para tamu dapat menikmati layanan laundry/dry cleaning, lift, wi-fi di tempat-tempat umum, kotak penyimpanan aman, coffee shop.

Masuki salah satu dari 160 kamar yang mengundang ini dan lepaskan tekanan dan kelelahan sepanjang hari dengan sejumlah fasilitas yang tersedia seperti televisi, internet wireless (gratis), internet (biaya dikenakan), internet (wireless), pembuat kopi/teh. Hotel ini menawarkan fasilitas rekreasi yang menyenangkan seperti pijat untuk menjadikan penginapan Anda tak terlupakan. Nikmati pelayanan cemerlang dan alamat yang benar-benar mewah di Sulthan Hotel International.

 Ingin Info lebih lanjut lihat di www.agoda.web.id
Baca Selengkapnya

Grand Nanggroe Hotel


Terletak strategis di Banda Aceh, Grand Nanggroe Hotel adalah tempat ideal untuk memulai eksplorasi di Aceh. Terletak hanya 4 km dari pusat kota, para tamu berada di tempat strategis untuk menikmati atraksi dan aktivitas di kota ini. Lingkungan yang dijaga serta kedekatan ke Mesjid Agung Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh, Stadion Harapan Bangsa sangat memberikan nilai tambah untuk hotel ini.

Gunakan kesempatan untuk menikmati pelayanan dan fasilitas yang tak tertandingkan di hotel Aceh ini. Sejumlah pilihan fasilitas kelas atas seperti layanan kamar 24 jam, ruang merokok , fasilitas rapat , layanan kamar, transfer bandara/hotel dapat dinikmati di hotel ini.

Sebagai tambahan, semua kamar tamu memiliki sejumlah kenyamanan seperti televisi, shower, ruangan bebas rokok, pengering rambut, air botol gratis untuk menyenangi semakin banyak tamu. Daftar lengkap fasilitas rekreasi tersedia di hotel termasuk taman, kolam renang (luar ruangan), pijat, gym/fasilitas kebugaran. Apapun rencana kunjungan Anda, Grand Nanggroe Hotel adalah pilihan bagus untuk penginapan di Aceh.

baca selengkapnya di www.agoda.web.id
Baca Selengkapnya

Museum Tsunami sebagai Media Evakuasi

Selama berlangsung Proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh pasca gempa dan Tsunami yang menimpa Aceh pada akhir Desember 2004 yang melibatkan hampir seluruh masyarakat dan lembaga nasional/internasional telah menghasilkan berbagai peluang dalam bentuk kemajuan pembangunan pada berbagai sektor yang telah dicapai dan dibangun, salah satunya adalah Museum Tsunami Aceh. Tulisan ini terilhami saat kejadian dua gempa besar "megaquakes" yang mengguncang wilayah daratan Sumatera dan kepulauan Simeulue tanggal 11 April 2012. Kedua gempa tersebut yang diperkirakan akan mengakibatkan Tsunami telah menimbulkan kekhawatiran, kemacetan dan kepanikan massa di wilayah pantai barat Sumatera, khususnya Aceh. Bagaimanapun, pasca gempa besar tersebut, Museum Tsunami Aceh yang terletak strategis di pusat Kota Banda Aceh telah menjadi pilihan bagi masyarakat, khususnya para pelajar/siswa sebagai pusat evakuasi untuk menyelamatkan diri mengantisipasi perkiraan akan terjadi Tsunami.

Keberadaan Museum Tsunami Aceh sebagai museum kebanggaan masyarakat Aceh dan dunia atas kebangkitan masyarakat Aceh, selain menjadi simbol kekuatan dan kesabaran masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana Tsunami, juga menjadi Icon Pariwisata Tsunami Aceh ke depan. Museum yang dibangun melalui pendekatan arsitektur yang bernuansa Islami dan budaya Aceh dengan konsep dan design "Rumoh Aceh as escape hill" memiliki berbagai koleksi peninggalan Tsunami, media berbagi pengalaman bencana dan pengetahuan kebencanaan (geologi) telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi yang bersifat efektif dan produktif bagi masyarakat untuk selalu mengingat tragedi yang pernah terjadi dalam rangka menggugah respon kritis pada isu-isu kebencanaan dan membangun kesadaran serta motivasi masyarakat menuju budaya kesiap-siagaan bencana "Disaster Risk Reduction" masa akan datang.

Museum Tsunami Aceh yang diresmikan oleh Bapak Presiden RI dan dibuka secara resmi kepada umum pada tanggal 8 Mai 2011 adalah satu-satunya museum Tsunami di Asia yang dianggap sangat strategis dan representatif, selain Museum Gempa Kobe di Jepang "Disaster Reduction and Human Renovation Institution". Dengan demikian, museum ini perlu terus dijaga dan dikembangkan sebagai media utama pembelajaran dan pendidikan "disaster mitigation center" bagi generasi muda tentang keselamatan dan membangun kesiap-siagaan kebencanaan, pusat evakuasi bagi masyarakat "evacuation center" bila terjadi bencana lainnya masa akan datang serta warisan penting bagi generasi muda Aceh mendatang untuk selalu mengingat bencana gempa dan Tsunami yang pernah menimpa Aceh.

Keberadaan Museum Tsunami Aceh telah mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat, khususnya para pelajar/siswa dan masyarakat luar Aceh umumnya, termasuk para wisatawan manca negara dan peneliti kebencanaan. Setiap hari Museum Tsunami Aceh dikunjungi rata-rata 600 pengunjung. Namun, khusus pada hari Sabtu dan Minggu jumlah tersebut dapat mencapai 2000 sampai 2500 pengunjung (data 2011). Sementara, khusus pada hari liburan anak-anak sekolah, jumlah pengunjung Museum Tsunami Aceh dapat meningkat sekitar 3500 pengunjung atau meningkat sekitar 60%.

Museum Tsunami sebagai Pusat Evakuasi

Perlu disadari bahwa secara geografis, Indonesia berada pada lempengan bumi yang sangat rentan akan terjadinya berbagai bencana alam "Ring of Fire", sehingga menjadi perhatian kita semua untuk terus membangun kesadaran dan motivasi masyarakat kita terhadap upaya kesiap-siagaan dalam mengurangi resiko bencana "Disaster Risk Reduction" di masa akan datang.

Membangun upaya kesiap-siagaan bencana berarti kita sudah mempersiapkan diri dan mentalitas kita terhadap pengambilan langkah-langkah efektif apa saja dalam melakukan upaya penyelamatan diri sebelum, sedang dan pasca bencana terjadi. Langkah-langkah ini penting untuk mempersiapkan diri tentang bagaimana, kapan dan kemana untuk bergerak untuk menyelamatkan diri, sekaligus menghindari kepanikan dan ketakutan yang dapat berdampak pada jatuhnya korban.

Baru-baru ini, dua gempa besar berkekuatan 8,5 dan 8,2 skala Richter juga telah mengguncang wilayah daratan Sumatera dan kepulauan Simeulue tanggal 11 April 2012. Kedua gempa besar tersebut yang diprediksikan akan mengakibatkan Tsunami telah menimbulkan kekhawatiran, kemacetan dan kepanikan massa di wilayah pantai barat Sumatera, khususnya di Aceh.

Mengamati pengalaman saat gempa tersebut terjadi, Museum Tsunami Aceh telah menjadi pilihan bagi masyarakat, khususnya para pelajar/siswa sebagai pusat evakuasi untuk menyelamatkan diri dalam upaya mengantisipasi perkiraan akan terjadinya Tsunami. Diperkirakan 1000 masyarakat, khususnya para pelajar/siswa melakukan upaya penyelamatan diri secara spontanitas ke Museum Tsunami. Para petugas Museum Tsunami dengan berbagai keprihatinan dan kekhawatiran terhadap keselamatan diri dan anggota keluarga mereka tetap melakukan berbagai upaya mitigasi bencana kepada masyarakat, khususnya dalam menenangkan massa yang ingin memaksa masuk ke dalam museum padahal getaran gempa masih terjadi, walaupun massa akhirnya diperbolehkan masuk, namun tetap waspada dan siaga terjadinya berbagai kondisi yang paling buruk "worst scenario".

Hasil survey di lapangan, petugas selain mencoba menenangkan dan menertibkan massa, juga menyempatkan diri menanyakan alasan dan motif utama para pelajar/siswa menyelamatkan diri ke Museum Tsunami. Yang paling menakjubkan adalah umumnya para pelajar/siswa memberi jawaban yang hampir sama bahwa selain mereka telah sering mengunjungi Museum Tsunami dan mempelajari berbagai aktifitas museum, juga Museum Tsunami berfungsi sebagai pusat evakuasi bencana, khususnya bila terjadi gempa besar.

Dapat disimpulkan bahwa Museum Tsunami dengan berbagai koleksi peninggalan Tsunami, media berbagi pengalaman bencana dan pengetahuan kebencanaan telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi sangat efektif bagi masyarakat dalam menggugah respon kritis pada isu-isu kebencanaan dan membangun kesadaran serta motivasi masyarakat menuju budaya kesiap-siagaan bencana, seperti yang telah dilakukan oleh para pelajar/siswa pasca gempa kembar pada tanggal 11 April 2012.

Langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh para pelajar/siswa telah mengingatkan kita pada sebuah kearifan lokal yang telah berhasil diadopsi oleh masyarakat Simeulue melalui pengalaman "Smong"nya atau "Tsunami" dalam bahasa setempat, dimana sikap penyelamatan diri masyarakat saat akan terjadinya Tsunami bukanlah dilakukan secara spon tanitas, melainkan berdasarkan pengalaman bencana Tsunami yang pernah menimpa mereka pada tahun 1907 dengan jumlah korban jiwa yang relatif besar.

Museum Tsunami Aceh sebagai museum global diharapkan akan terus berfungsi dan berperan sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran dalam rangka memperkenalkan dan membangun kesadaran masyarakat terhadap budaya kesiap-siagaan bencana dengan menampilkan beragam objek "artefact" atau peninggalan bencana serta kegiatan berbagi pengalaman bencana masa lalu antara saksi hidup yang selamat dari bencana dengan para pengunjung museum "telling live stories/lessons from past disasters".

Dukungan semua pihak, khususnya Kementerian ESDM, BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh), TDMRC (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) dan masyarakat sangat diharapkan dalam memperkuat dan memajukan Museum Tsunami Aceh sebagai pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi yang didukung dengan berbagai media simulasi, tenaga ahli dan pengelolaan yang baik serta menjadi warisan penting bagi generasi muda Aceh untuk tidak pernah melupakan tragedi kemanusiaan yang pernah menimpa Aceh yang menghilangkan harta benda dan orang-orang yang sangat kita cintai. 

Penulis adalah Manager Museum Tsunami Aceh/Pembicara pada Int’l Forum on Telling Live Stories/Lessons Learnt from Disasters, Kobe - Jepang (2010/2012).

sumber : http://www.analisadaily.com
Baca Selengkapnya

Mengapa Aceh Digelar Serambi Mekkah?

Pertama, Aceh merupakan daerah perdana masuk Islam di Nusantara, tepatnya di kawasan pantai Timur, Peureulak, dan Pasai. Dari Aceh Islam berkembang sangat cepat ke seluruh nusantara sampai ke Philipina. Mubaligh-mubaligh Aceh meninggalkan kampung halaman untuk menyebarkan agama Allah kepada manusia. Empat orang diantara Wali Songo yang membawa Islam ke Jawa berasal dari Aceh, yakni Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Syarif Hidayatullah, dan Syeikh Siti Jenar.
Kedua, daerah Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan di Nusantara dengan hadirnya Jami’ah Baiturrahman (Universitas Baiturrahman) lengkap dengan berbagai fakultas. Para mahasiswa yang menuntut ilmu di Aceh datang dari berbagai penjuru dunia, dari Turki, Palestina, India, Bangladesh, Pattani, Mindanau, Malaya, Brunei Darussalam, dan Makassar.
Ketiga, Kerajaan Aceh Darussalam pernah mendapat pengakuan dari Syarif Makkah atas nama Khalifah Islam di Turki bahwa Kerajaan Aceh adalah “pelindung” kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara. Karena itu seluruh sultan-sultan nusantara mengakui Sulatan Aceh sebagai “payung” mereka dalam menjalankan tugas kerajaan.
Keempat, daerah Aceh pernah menjadi pangkalan/pelabuhan Haji untuk seluruh nusantara. Orang-orang muslim nusantara yang naik haji ke Makkah dengan kapal laut, sebelum mengarungi Samudra Hindia menghabiskan waktu sampai enam bulan di Bandar Aceh Darussalam. Kampung-kampung sekitar Pelanggahan sekarang menjadi tempat persinggahan jamaah haji dulunya.
Kelima, banyak persamaan antara Aceh (saat itu) dengan Makkah, sama-sama Islam, bermazhab Syafi’i, berbudaya Islam, berpakaian Islam, berhiburan Islam, dan berhukum dengan hukum Islam. Seluruh penduduk Makkah beragama Islam dan seluruh penduduk Aceh juga Islam. Orang Aceh masuk dalam agama Islam secara kaffah (totalitas), tidak ada campur aduk antara adat kebiasaan dengan ajaran Islam, tetapi kalau sekarang sudah mulai memudar. (Koran Serambi Indonesia, sekitar tahun 1990-an)
sumber : www.lensameulaboh.blogspot.com (Viit This Blog Now)
Baca Selengkapnya