Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Tuesday, 30 October 2012

Eksotisme Simeulue yang Mengundang Rindu

Kabupaten Simeulue beribukota di Sinabang. Kabupaten Simeulue adalah Kepulauan yang berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, berdiri tegar di tengah Samudra Hindia, dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000. Wisata Pantai menjadi andalan daerah ini, karena pesona alam lautnya sangat indah.

Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Sementara Sibigo ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Dalam satu dasa warsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang lobster (Udang Laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke Luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Kabupaten ini juga terkenal dengan hasil cengkehnya.

sumber : http://www.wisatanasional.com/simeulue/
Baca Selengkapnya

Objek Wisata Alam Bahorok Yang Memikat Hati

Objek Wisata Irigasi Bahorok terletak di Desa Namo Buaya Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Desa Namo Buaya terletak lebih kurang 15 km dari arah barat Kota Subulussalam. Untuk menuju desa tersebut disepanjang jalan para pengunjung terlebih dahulu sudah disuguhi pemandangan dan liukan gunung dengan tikungan-tikungan yang tajam.

Irigasi Bahorok merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di Kota Subulussalam. Objek wisata ini digolongkan objek wisata alam dengan keindahan sungai yang mempunyai arus kategori sedang. Pepohonan yang masih rimbun disepanjang aliran sungai menambah kesejukan dan keindahan alam Bahorok untuk di nikmati. Selain mempunyai aliran sungai yang jernih, di lokasi objek wisata juga dapat dijumpai satwa-satwa liar yang tidak berbahaya seperti monyet dan burung-burung yang hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya.

Nah itulah beberapa tempat yang menarik untuk di kunjungi di Kota Subulussalam. Sayangnya tempat² tersebut belum dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai sebagai tempat kunjungan wisata, seandainya pemerintah kota Subulussalam mau memperhatikan sektor ini, maka bukan mustahil akan menghasilkan devisa yang sangat besar bagi daerah.

sumber :  http://bagusriyanto.com/wisata-aceh/tempat-wisata-kota-subulussalam.html
Baca Selengkapnya

Jembatan Rundeng Penghubung Negeri Wisata

Yang dimaksud Jembatan Rundeng adalah jembatan yang menghubungkan Kota Subulussalam dengan Kabupaten Aceh Singkil. Di bawah jembatan tersebut adalah sungai Lae Kombih. Dengan hal yang demikian, masyarakat Subulussalam menamai Jembatan tersebut dengan Jembatan Lae Bersih (lebih populer). Selain itu, masyarakat mengatakan Sungai dengan bahasa setempat adalah Lae.

Didekat Jembatan rundeng terdapat warung yang menyediakan tempat duduk disepangjang Sungai Kombih, membuat suasana istirahat anda menjadi penuh pesona. Walaupun minuman yang disediakan kebanyakan minuman kemasan, namun suasana benar menyenangkan.

sumber : http://bagusriyanto.com/wisata-aceh/tempat-wisata-kota-subulussalam.html
Baca Selengkapnya

Air Terjun Kedabuhan Yang Elok

Wisata alam lain yang dimiliki oleh Kota Subulussalam adalah Air Terjun Kedabuhan yang berada di Kecamatan Penanggalan. Lokasi wisata ini berjarak lebih kurang 7 Km dari Pusat Kota Subulussalam. Lebih tepatnya dekat desa Lae Ikan (Perbatasan NAD-Sumut). Apabila anda akan menuju Sumatra Utara melalui Jalur Barat, maka Air Terjun Kedabuhan ini akan dapat kita lihat di sebelah Kanan bahu Jalan.

sumber : http://kotasubulussalam.wordpress.com/wisata/
Baca Selengkapnya

Wisata Alam Air Terjun SKPC

Kota Subulussalam memiliki lokasi wisata yang tidak sedikit. Selain Lokasi Wisata Penuntungan, juga terdapat Lokasi Wisata Alam Air Terjun SKPC yang dari dulunya memang sudah terkenal.

Tidak berbeda jauh dengan Wisata alam Penuntungan, Ait Terjun SKPC ini juga didatangi pengunjung pada saat hari libur tiba. Bahkan, dapat dikatakan peminat masyarakat lebih tertuju pada lokasi ini daripada Wisata Penuntungan disebabkan perbedaan mendasar yaitu Air Terjun yang indah yang tidak dimiliki wisata alam Penuntungan.

sumber : http://kotasubulussalam.wordpress.com/wisata/
Baca Selengkapnya

Wisata Alam Penuntungan

Wisata alam Penuntungan ini terletak di kecamatan Penanggalan. Secara geografis berada di barat Laut Kecamatan Penanggalan. Lebih tepatnya masuk dari Gapura yang berada di Jalan Raya Subulussalam Penanggalan. Kalau anda datang dari arah barat Subulussalam (Tapaktuan, Blang Pidie dan searah dari jalan tersebut) maka Wisata alam ini berada di sebelah kiri. Namun, bila anda datang dari arah timur (Medan, Sidikalang dan searah dari jalan tersebut) maka anda Wisata alam ini berada di sebelah kanan.

Lokasi wisata ini ramai dikunjungi pada saat libur akhir pekan (Sabtu - Minggu) dan hari² libur lainnya termasuk hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha). Jadi kalau anda sedang berada di Kota Subulussalam tidak ada salahnya mengunjungi Penuntungan.

sumber : http://kotasubulussalam.wordpress.com/wisata/ (Visit Now)
Baca Selengkapnya

Pawai Pakaian Adat Aceh

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau yang lebih dikenal dengan Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll.

Penting bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan Provisni Nanggroe Aceh Darussalam ini termasuk baju adat daerahnya. Foto di bawah ini pada saat Pawai Pakaian Adat di Aceh yang dikutip dari www.fokusaceh.blogspot.com















sumber : http://fokusaceh.blogspot.com/2012/09/foto-pawai-dengan-pakaian-adat-aceh.html
Baca Selengkapnya

Sejarah Berkembangnya Islam di Aceh

Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963, yaitu: 
  1. Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab. 
  2. Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai. 
  3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.  
  4. Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah: 
  1. Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran  
  2. Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.  
  3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim. 
  4. Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. 
  5. Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. 
Bentuk agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India, dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan agama Islam di daerah Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh tersebut tidak hanya berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari Negeri sendiri. 

   Ada dua faktor penting yang menyebabkan masyarakat Islam mudah berkembang di Aceh, yaitu: 
  1. Letaknya sangat strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.  
  2. Pengaruh Hindu – Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 53) 
Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia (Hasbullah, 2001: 19-20), antara lain:
  1. Agama Islam tidak sempit dan berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat saja.  
  2. Sedikit tugas dan kewajiban Islam 
  3. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. 
  4. Penyiaran Islam dilakukan dengan cara bijaksana.  
  5. Penyiaran Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah dan golongan atas. 
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab (Musrifah, 2005: 20-21), yaitu:
  1. Portilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam. 
  2. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang yang kaya raya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik dan diplomatik.  
  3. Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan. 
  4. Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan.  
  5. Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah, seperti sholat.  
  6. Kepandaian dalam penyembuhan. Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan. Sebagai contoh, Raja Patani menjadi muslim setelah disembuhkan dari penyakitnya oleh seorang Syaikh dari Pasai. 
  7. Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat dan kebahagiaan di akhirat kelak. 
Melalui faktor-faktor dan sebab-sebab tersebut, Islam cepat tersebar di seluruh Nusantara sehingga pada gilirannya nanti, menjadi agama utama dan mayoritas negeri ini. 

Pusat Keunggulan Pengkajian Islam Pada Tiga Kerajaan Islam di Aceh. 

A. Zaman  Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
   
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135)

Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:

a.   Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i
b.   Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c.   Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
d.   Biaya pendidikan bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136)

Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.(M.Ibrahim, et.al, 1991: 61)

Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.

B. Kerajaan Perlak
   
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.(Hasbullah, 2001: 29)

Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.

Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 54). Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.

C. Kerajaan Aceh Darussalam
   
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).

Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum mukim.(M. Ibrahim, et.al., 1991: 75). Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:

  1. Sebagai tempat belajar Al-Qur’an 
  2. Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
   Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu. 
  2. Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
  3. Tempat kenduri Maulud pada bulan Mauludan.
  4. Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
  5. Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
  6. Tempat bermusyawarah dalam segala urusan
  7. Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat. (M. Ibrahim, 1991: 76)
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi. Oleh karena itu orang yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim. (Hasbullah, 2001: 32)
   
Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
  1. Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 
  2. Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
  3. Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjanaya yang terkenal di dalam dan luar negeri. Sehingga banyak orang luar datang ke Aceh untuk menuntut ilmu, bahkan ibukota Aceh Darussalam berkembang menjadi kota Internasional dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan kerajaan Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu banyak pula ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang ke Aceh. Para ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi Islam) dan berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi ajaran agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara. Diantara para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika. (M.Ibrahim,et.al., 1991: 88)

Tokoh pendidikan agama Islam lainnya yang berada di kerajaan Aceh adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama yang terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah. Diantara karya-karya Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab Al-Asyikin, dan Zuiat Al-Nuwahidin. Sebagai seorang pujangga ia menghasilkan karya-karya, Syair si burung pungguk, syair perahu.
   
Ulama penting lainnnya adalah Syamsuddin As-Samathrani atau lebih dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Ia adalah murid dari Hamzah Fansuri yang mengembangkan paham wujudiyah di Aceh. Kitab yang ditulis, Mir’atul al-Qulub, Miratul Mukmin dan lainnya.
   
Ulama dan pujangga lain yang pernah datang ke kerajaan Aceh ialah Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Ia menentang paham wujudiyah dan menulis banyak kitab mengenai agama Islam dalam bahasa Arab maupun Melayu klasik. Kitab yang terbesar dan tertinggi mutu dalam kesustraan Melayu klasik dan berisi tentang sejarah kerajaan Aceh adalah kitab Bustanul Salatin.
   
Pada masa kejayaan  kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).
   
Dengan melihat banyak para ulama dan pujangga yang datang ke Aceh, serta adanya Perguruan Tinggi, maka dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh menjadi pusat
studi Islam. Karena faktor agama Islam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh pada periode berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam.(M.Ibrahim,et.al., 1991: 89)
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu proses belajar engajar yang membiasakan kepada warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, memahami dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai nilai yang terpujikan dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan ciri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Islam sendiri adalah proses bimbingan terhadap peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (insan kamil)

Keberhasilan dan kemajuan pendidikan di masa kerajaan Islam di Aceh, tidak terlepas dari pengaruh Sultan yang berkuasa dan peran para ulama serta pujangga, baik dari luar maupun setempat, seperti peran Tokoh pendidikan Hazah Fansuri, Syamsudin As-Sumatrani, dan Syaeh Nuruddin A-Raniri, yang menghasilkan karya-karya besar sehingga menjadikan Aceh sebagai pusat pengkajian Islam.  

sumber : http://acehislamiccentre.blogspot.com/2010/08/sejarah-islam-di-aceh.html
Baca Selengkapnya

Rempah-rempah Penyedap Kuliner Aceh

Di bawah ini merupakan beberapa macam rempah-rempah yang digunakan masyarakat Aceh untuk meracik dan menyajikan aneka kuliner/masakan yang sangat enak untuk dicoba. Tentu saja bahan-bahan alami ini sangat mudah untuk diperoleh dan didapatkan.

1. Daun Salam
2. Daun Pandan
3. Kayu Manis
4. Cengkeh
5. Lada
6. Asam Sunti
7. Jeruk Perut

8. Jeruk Nipis
9. Cabe Rawit
10. Bawang
11. Daun Sop
12. Daun Kari
13. Lengkuas

14. Kunyit
15. Serai
16. Pala

17. Kemiri
18. Kapulaga
19. Jintan
20. Kelapa
21. Adas Manis
22. Pekak
23. Jahe

24. Cabe Merah dan Hijau
25. Belimbing





Masih banyak lagi rempah-rempah lainnya. Untuk melihat deskripsi dan penjelasannya bisa dilihat di sumber berikut : http://infokuliner.pendidikanriau.com/2012/03/bumbu-masak-rempah-daun-bungadan-buah.html

Baca Selengkapnya

Nomor Penting di Aceh Yang Perlu Anda Ketahui

I. Kode telepon provinsi ACEH

  1. 0627 – Subussalam
  2. 0629 – Kutacane
  3. 0641 – Langsa
  4. 0642 – Blangkejeren
  5. 0643 – Takengon
  6. 0644 – Bireuen
  7. 0645 – Lhokseumawe
  8. 0646 – Idi
  9. 0650 – Sinabung (Simeulue)
  10. 0651 – Banda Aceh, Jantho, Lamno
  11. 0652 – Sabang
  12. 0653 – Sigli
  13. 0654 – Calang
  14. 0655 – Meulaboh
  15. 0656 – Tapaktuan
  16. 0657 – Bakongan
  17. 0658 – Singkil
  18. 0659 – Blangpidie
II. Travel dan Tour


A.  Mentari Tour




  1. Banda Aceh - 0651 29263


B. Seulawah Indah Tour



  1. Banda Aceh - 085277993691
  2. Bireun - 085262743549
C. Atra Baru Tour

Jl. Mohd. Jam No. 40Phone : (0651) 23651Fax : (0651) 23150
D. Citra Pesona Tour

Jl. Mesjid Raya No.6Phone: (0651) 32316, 33999Fax : (0651) 31555
E. Gasida Karya Travel Agent

Jl. KH. A. Dahlan No. 41BPhone : (0651) 22245
F. Sejati Wisatama

Jl. T.P Polem No. 1Phone: (0651) 22581Fax : (0651) 31770Telex : 51414
G. Tripa Wisata Tour

J1. Mesjid Raya No. 24Phone : (0651) 21455Fax : (0651) 21790 
H. Krueng Wayla Tour

Jl. Sri Safiatuddin 26Phone: (0651) 22066Telex : 54124
I. Natrabu Tour
Taman Tepi Laut, LhokngaJl. Raya Banda Acehmeulaboh Km. 17Phone: (0651) 32029Fax : (0651) 32029
J. Nustra Agung Travel Agent

Jl. Diponegoro No. 7BPhone: (0651) 22026
K. Sastra Avla Travel Agent
Jl. Jend. A. Yani No. 60BPhone: (0651) 22207
III. Rumah sakit

  1. RS Harapan Bunda Telp : 0651-41294
  2. RS Fakinah Telp : 0651 - 41454 47646
  3. RS Malahayati Telp : 0651-41517
  4. RSJ Banda Aceh Telp : 0651-32010/25857
  5. RS kesdam Telp : 0651 -22550/24712
  6. RS Zainoel Abidin Telp : 0651-22077/23068

IV. Pelayanan umum lainnya

  1. Palang Merah Indonesia (PMI) Banda Aceh 741-3351-22930-32281
  2. pemadam kebakaran 0651-44123, 0651-41830
  3. Pelayanan dan pengaduan PDAM 0651-21396
  4. POS Banda Aceh 161
  5. Poltabes Banda Aceh-Polres Aceh Besar 0811689110 
  6. Dinas Syariat Islam/Polisi Syariat (WH) Banda Aceh 085260400543 


Sumber : http://vhourkhanrasheed.blogspot.com
Baca Selengkapnya

Biografi Singkat Pahlawan Aceh Yang Gagah Berani

Berikut ini adalah nama Pahlawan Perempuan yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam:

1. Cut Nyak Dhien 


Cut Nyak Dien adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Ia lahir sekitar tahun 1850. Setelah wilayah 4 Mukim di serang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda.Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda. Cut Nyak Dien bersumpah hanya akan kawin dengan laki laki yang mau membantunya melawan belanda untuk membalas dendam suaminya yang sudah di bunuh.

Lalu Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan belanda. Namun Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh  pada 11 Februari 1899 sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok, sehingga pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya di tangkap dan di bawa ke Banda Aceh. Akibatnya, Cut Nyak Dien di buang ke Sumedang. Cut Nyak Dien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh Sumedang. 

2. Cut Nyak Meutia 

Cut Mutia bernama lengkap Cut Nyak Meutia. Ia salah satu pahlawan nasional dari Tanah Rencong selain Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Teuku Cik Di tiro dan tokoh lainnya. Seperti pejuang Aceh lainnya, Cut Mutia terkenal dengan keberanian, keteguhan jiwa dan daya juangnya. Beliau lahir di Pirak, Keureutoe, Aceh Utara tahun 1870 dan wafat di Alue Kurieng 24 Oktober 1910. Makamnya juga terletak di Alue Kurieng.

3. Laksamana Malahayati

Dia adalah wanita pertama (bahkan mungkin satu2nya) yg menjabat sebagai Laksamana Angkatan Laut dan mempunyai tentara dan teritori sendiri. Dia adalah wanita yg turun langsung di garis depan dan menggempur armada belanda yg dipimpin oleh Cornelis De Houtman, bahkan Cornelis De Houtman sendiri mati dibunuh oleh Laksamana Malahayati dalam pertempuran. Selain armada belanda Malahayati juga menghalau armada portugis yg hendak menyerbu aceh dan reputasi Malahayati sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan membuat Inggris yang belakangan masuk ke wilayah ini, memilih untuk menempuh jalan damai. 

4. Pocut Baren

Pocut Baren adalah wanita bangsawan dilahirkan pada tahun 1880 di Tungkop Aceh Barat. ayahnya adalah teuku Amat (ulee balang (tokoh adat) tungkop yang berpengaruh saat itu. Ayahnya sering berdiskusi dengan ulama untuk masalah-masalah keagamaan dan ini tertanam dalam kepribadian Pocut Baren sehingga menjadi wanita yang pemberani dalam menegakkan agama sekaligus agama.

Suami Pocut sendiri adalah seorang pejabat daerah yang juga menjadi Ulee Balang Gume, Aceh Barat. Perjuangan Pocut dilakukan secara bersama-sama dengan Cut Nyak Dhien yang rela hidup menderita dan susah.

5. Teungku Fakinah

 Menurut catatan pada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh, adalah seorang pahlawan yang juga ulama puteri yang terkenal di Aceh. Ia lahir pada tahun 1856. Orang tuanya Teungku Datuk dan Cut Mah dari Kampung Lam Beunot (Lam Taleuk), Mukim Lam Krak VII, Sagi XXII Mukim, Aceh Besar. Sejak kecil, Teungku Fakinah diajarkan mengaji oleh kedua orang tuanya. Di samping itu, Teungku Fakinah juga diajarkan keterampilan seperti menjahit, membuat kerawang sutera dan kasab. Dari ketekunan dan kegigihannya belajar ilmu Agama Islam, maka setelah dewasa ia digelar Teungku Faki.

Pada usia 16 tahun, Teungku Faki menikah dengan Teungku Ahmad, yang setahun kemudian syahid bersama Panglima Besar Rama Setia dan Imam Lam Krak, dalam mempertahankan Pantai Cermin, Ulee Lheu, dari serangan Belanda. Setelah pernikahannya dengan Teungku Ahmad, Teungku Fakinah membuka sebuah pesantren yang dibiayai Teungku Asahan, yang tidak lain adalah mertuanya. Dalam bukunya "59 Tahun Aceh Merdeka", A. Hasjmi menyebutkan, pesantren tersebut bernama Dayah Lam Diran, yang akhirnya berkembang dan banyak dikunjungi pemuda-pemudi dari daerah lain di sekitar Aceh Besar, dan bahkan dari Cumbok, Pidie. Sejak menjadi janda diusianya yang masih remaja, Teungku Fakinah bersama para janda dan kaum wanita lain membentuk sebuah badan amal yang mendapat dukungan dari seluruh muslimat di Aceh Besar dan sekitarnya. Badan amal ini kemudian berkembang sampai ke Pidie, dengan kegiatannya meliputi pengumpulan sumbangan berupa beras maupun uang yang digunakan untuk membantu pejuang Aceh melawan Belanda. Atas mufakat masyarakat, Teungku Faki kemudian menikah dengan seorang alim ulama yakni Teungku Nyak Badai, bekas murid Tanoh Abee yang berasal dari Kampung Langa, Pidie.

Berikut nama pahlawan laki-laki/pria yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam: 

1. Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda merupakan raja paling berpengaruh pada Kerajaan Aceh. Ia lahir di Aceh pada tahun 1593. Nama kecilnya adalah Perkasa Alam. Dari pihak ibu, Sultan Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal, sedangkan dari pihak ayah ia merupakan keturunan Raja Makota Alam. Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, atau nama lainnya Paduka Syah Alam, yang merupakan anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10. Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan Sultan Mansyur Syah, putra dari Sultan Abdul Jalil (yang merupakan putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-3). Jadi, sebenarnya ayah dan ibu dari Sultan Iskandar Muda merupakan sama-sama pewaris kerajaan. Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang putri dari Kesultanan Pahang, yang lebih dikenal dengan Putroe Phang. Dari hasil pernikahan ini, Sultan Iskandar Muda dikaruniai dua buah anak, yaitu Meurah Pupok dan Putri Safiah. Perjalanan Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Melaka pada 1612 sempat berhenti di sebuah Tajung (pertemuan sungai Asahan dan Silau) untuk bertemu dengan Raja Simargolang. Sultan Iskandar Muda akhirnya menikahi salah seorang puteri Raja Simargolang yang kemudian dikaruniai seorang anak bernama Abdul Jalil (yang dinobatkan sebagai Sultan Asahan 

2. Teungku Chik Di Tiro

Ketika awal pertama kali Tgk Chik Di Tiro berjuang, ia tidak mempunyai apa-apa. Tanggapan terhadap perjuangannya pun ada yang bersikap sinis kepadanya. Teungku Chik Di Tiro bukan keturunan panglima, ia hanya seorang haji dan ulama. Menghadapai sikap sinis sebagian orang tersebut, Tgk Chik Di Tiro menerima dengan sabar. Hal tersebut malah menjadikan sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Usaha pertama yang dilakukannya adalah membangkitkan semangat para pejuang dan mengumpulkan para pejuang dalam satu kesatuan yang kokoh yang tidak dapat dipecah belah. Untuk itu, ia mengadakan perjalanan keliling Aceh. Pada setiap kesempatan ia singgah di suatu tempat, ia mengadakan ceramah di masjid atau mengadakan kenduri. Pada kesempatan itu ia pergunakan untuk menyebarluaskan ajarannya mengenai perang Sabil, menyadarkan orang-orang untuk memerangi kaum kafir, berjuang di jalan yang diridloi oleh Allah, serta untuk memperoleh segala informasi dari mereka yang hadir.

3. Teuku Umar

11 Februari 1899 atau 109 tahun lalu, bertepatan bulan Ramadhan, Teuku Umar tersungkur jatuh dihantam peluru Belanda di Suak Ujong Kalak, Meulaboh, saat para pejuang sedang menunaikan sahur, beliau langsung roboh dan syahid dalam usia yang sangat produktif yaitu 45 tahun, seluruh pasukan kacau balau, sebuah takdir dan ketetapan Allah berlaku. Menurut beberapa sumber kematian tersebut disebabkan peluru yang bersarang di dada sebelah kiri dan juga di usus besar.

Jenazah Ampon Meulaboh dibawa lari, ada versi mengatakan pelarian melalui Pucok Lueng, Suak Raya tepatnya di dusun —kemudian diberi nama Dusun Kubah Pahlawan, terus dilarikan ke Rantau Panyang – Pocut Reudep – Pasi Meungat dimana beliau sempat dikuburkan selama 6 bulan disamping sang ibunda dan takut diketahui Belanda kemudian dibongkar lagi dan dibawa ke Gunong Cot Manyang dikuburkan 8 bulan dan terakhir dikebumikan di Meugo (sumber Teuku Tjut Yatim dan Teuku Usman Basyah Asisten I Setdakab Aceh Barat, turunan ketiga dari Teuku Umar).

4. Panglima Polem

Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran Teuku Panglima Polem Muhammad Daud, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXVI Mukim Aceh Besar.

Setelah dewasa, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud menikah dengan salah seorang puteri dari Tuanku Hasyim Bantamuda, tokoh Aeeh yang seperjuangan dengan ayahnya. Dia diangkat sebagai Panglima Polem IX paada bulan Januari 1891 untuk menggantikan ayahnya Panglima Polem Raja Kuala yang telah berpulang ke rahmatullah. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia kemudian mempunyai nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda setia Perkasa Muhammad Daud.

5. Teuku Nyak Arif

Teuku Nyak Arif, setelah menamatkan Sekolah Dasar di Banda Aceh pada tahun 1908, meneruskan ke Sekolah Guru (Kweekschool) di Bukittinggi jurusan pangrehpraja, kemudian melanjutkan ke OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren = Sekolah calon pangrehpraja) di Banten, tamat tahun 1915. Ia memang disiapkan sebagai pegawai pamongpraja untuk menggantikan ayahnya sebagai Panglima Sagi XXVI.

 Sebenarnya sejak 1911 ia sudah mewarisi kedudukan itu, namun karena masih terlalu muda, ayahnyalah yang mewakilinya hingga 1919. Sejak kecil Nyak Arif sudah tampak cerdas dan berwatak berani dan keras. Ia membenci Belanda karena menganggapnya bangsa itu penjajah negerinya yang membawa kesengsaraan rakyat Aceh. Sejak kecil ia sudah mengenal sumpah sakti orang Aceh, "Umat Islam boleh mengalah sementara, tetapi hanya sementara saja dan pada waktunya umat Islam harus melawan kembali". Kebenciannya kepada Belanda itu menyebabkan ia bersikap melawan. Ia tidak mau menerima tunjangan f 10,— setiap bulan yang disediakan pemerintah untuk anak-anak Aceh yang belajar di luar Aceh. Di sekolahan ia tidak mau tunduk kepada perintah gurunya, misalnya untuk menghapus tulisan di papan tulis dan sebagainya.

6. Mr. Teuku Muhammad Hasan

Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Wilayah Sumatera pertama setelah Indonesia merdeka. Teuku Muhammad Hasan juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet Darurat. Selain itu dia dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Teuku Muhammad Hasan dilahirkan dengan nama Teuku Sarong pada tanggal 4 April 1906 di Sigli, Aceh. Dia adalah putra Teuku Bintara Peneung Ibrahim dengan Tjut Manyak. Ayahnya, Teuku Bintara Pineung Ibrahim adalah Ulèë Balang di Pidie (Ulèë Balang adalah bangsawan yang memimpin suatu daerah di Aceh).

Setelah berumur delapan tahun, Teuku Muhammad Hasan mulai memasuki pendidikan formal, yakni Sekolah Rakyat (Volksschool) di Lampoih Saka pada tahun 1914. Pendidikan dasarnya ini ditempuh selama dua tahun. Pada tahun 1917, T.M.Hasan diterima di sekolah milik Belanda Europeesche Lagere School (ELS) dan diselesaikannya pada tahun 1924.

Selepas menyelesaikan studinya di ELS, Hasan melanjutkan sekolah menengah di Koningen Wilhelmina School (KWS) di Batavia yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di Rechtschoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) Batavia. Pada usia 25 tahun, T.M. Hasan memutuskan untuk bersekolah di Leiden University, Belanda. Selama di Belanda, dia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia yang dipelopori oleh Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Abdul Madjid Djojodiningrat dan Nasir Datuk Pamuntjak.
Selain kesibukannya sebagai mahasiswa, Hasan juga menjadi aktifis yang mengadakan kegiatan-kegiatan organisasi baik di dalam kota maupun di kota-kota lain di Belanda. T.M. Hasan berhasil menyelesaikan studinya di Leiden University dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Master of Laws) pada tahun 1933.

Baca Selengkapnya