Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Saturday 1 December 2012

Aceh-Jepang Jalin Kerja Sama di Bidang Pariwisata


Pemerintah Jepang dan Pemerintah Aceh sepakat menjadikan Forum Ekonomi Aceh-Jepang sebagai forum yang berkelanjutan dan dilaksanakan secara reguler. Hal ini bertujuan mendorong terwujudnya kerja sama ekonomi dan pariwisata.

“Kedua pihak sepakat bekerja sama dalam batasan tertentu bidang ekonomi, pariwisata, dan perikanan, khususnya Sabang melalui Pelabuhan Bebas Sabang. Nanti pelaku bisnis di Aceh dan Jepang akan berhubungan langsung,” kata Kabid Promosi Disbudpar Sabang M Ali Taufik MM.

Didampingi Humas BPKS, Fauzi Umar, Ali Taufik mengatakan, poin-poin kesepakatan antara lain memperluas akses informasi pariwisata Sabang dan Aceh bagi wisatawan manca negara, terutama Jepang. Kedua pihak juga sepakat mempromosikan potensi wisata dan peluang investasi di Aceh, kepada pengusaha Jepang baik yang ada di Indonesia maupun di Jepang.

“Nanti juga akan ada program kota kembar (sister city) antara Sabang dan kota lain di Aceh dengan kota-kota di Jepang. Tujuannya saling sharing informasi wisata dan bisnis. Tekniknya akan dibahas kemudian,” kata Taufik.

Kesepakatan yang dihasilkan pada seminar Forum Ekonomi Aceh-Jepang ditandatangani Asisten II Setdaprov Aceh Ir Said Mustafa, Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia HE Makita Shimokawa, Wali Kota Sabang Zulkifli Adam, Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada) Aceh Dr Farid Maulana, Purek Unsyiah Bidang Kerjasama Prof Dr Ir Darusman, dan Kepala Badan Pengusahaan Ekonomi Sabang, Ramadhani.

sumber : http://aceh.tribunnews.com (visit website now)
Baca Selengkapnya

Kadis Budpar Silaturrahmi Dengan Pelaku Wisata


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Drs Adami Umar MPd melakukan pertemuan dengan pengurus ASPPI Aceh yang dipimpin Anas Zulham Almansour, Jumat (30/11). Pertemuan itu dihadiri pelaku wisata di Banda Aceh dan pejabat Disbudpar Aceh.

Pada kesempatan itu, Adami mengapresiasi para pelaku wisata yang telah berbuat banyak untuk kemajuan sektor pariwisata, termasuk mendukung Visit Aceh 2013. “Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan keinginan semua pihak untuk suksesnya Visit Aceh 2013,” kata Adami.

Dalam pertemuan itu para pelaku wisata menyampaikan berbagai hal menyangkut pengembangan wisata Aceh ke depan. Untuk kenyamanan para tamu, Disbudpar Aceh diharapkan berkoordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan pengurus Masjid Raya Baiturrahman.

“Hendaknya tamu yang nonmuslim ada perlakuan khusus ketika masuk ke kawasan Masjid Raya Baiturrahman. Sebab, selama ini ada keluhan tentang turis non muslim yang dilarang aral masuk masjid,” kata kata Pipit, pengusaha biro perjalanan wisata di Banda Aceh.

Sementara Alex, Ketua Organda Aceh yang juga Ketua IOF (Indonesia Offroad Federation) mengatakan, selain potensi taman laut, pulau-pulauterluar dan seni budayanya, wisata offroad juga cocokuntuk dipasarkan dalam rangka Visit Aceh Year 2013. Jika ada tamu, Alex mengaku siap menyediakan mobil untuk keperluan tamu tersebut.(sir)

sumber : http://aceh.tribunnews.com (visit website now)
Baca Selengkapnya

Nia Zulkarnaen: Budaya Aceh Layak Difilmkan

Artis nasional Nia Zulkarnaen mengatakan Aceh kaya dengan nilai budaya, pendidikan, perjuangan dan sejarah sehingga layak untuk diangkat dalam film layar lebar.

“Banyak budaya Aceh yang layak difilmkan. Ada Gayo dengan Saman-nya, si Mata Biru di Lamno dan lain-lain. Kita terus melakukan riset, suatu saat Aceh pun kita angkat seperti halnya daerah lain,” kata Nia Zulkarnain dalam diskusi dengan seratusan siswa usai pemutaran film “Serdadu Kumbang” di  ruang Aceh Community Center, Sultan Selim II, Banda Aceh,  Rabu (28/11).

Nia Zulkarnain dan suaminya Ari Sihasale  hadir di Banda Aceh atas undangan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh. Lembaga tersebut  setiap tahun memiliki program “Penanaman Budi Pekerti”, yang salah satunya tujuannya menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.

Film garapan Nia dan suaminya itu  diputar selama 90 menit. Sebanyak 150 siswa dari berbagai SMA/MA se-Kota Banda Aceh  ikut menonton film keluaran Alenia Pictures  yang  mengangkat cerita anak-anak itu. Pejabat dari Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, guru kelas, dan Kepala BPSNT Banda Aceh Djuniat S Sos  ikut duduk di jajaran depan bersama sang sutradara, Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Sesekali suara gelak tawa siswa  menggema menyaksikan adegan-adegan lucu.

Seperti juga beberapa film karya mereka sebelumnya, Serdadu Kembang  yang dirilis pertengahan tahun 2011 lalu menyuguhkan  potret lain, jauh dari ingar-bingar Kota Jakarta.

Film ini mengisahkan tentang anak-anak Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Semua syuting berlangsung di negeri penghasil susu kuda liar itu. Film ini mengangkat tema pendidikan dan budaya. Salah satu pemerannya adalah Amek. Dia merupakan anak bibir sumbing  dan bercita-cita menjadi reporter televisi.

Di balik kekurangannya, Amek  pintar menunggang kuda dan  punya semangat luar biasa.   “Melalui film ini,  kita ingin  mengatakan bahwa pendidikan itu penting sekali. Kita ingin menularkan semangat Amek, supaya menjadi inspirasi bagi anak-anak yang lain. Kalau Amek saja bisa, yang lain pasti lebih bisa,” kata Ari Sihasale.  “Dan di dunia nyata, Amek memang juara kelas setiap tahun,” timpalnya lagi.

sumber : www. aceh.tribunnews.com (visit website now)
Baca Selengkapnya

Cita Rasa Masakan Bebek Gampong Turam

Bicara tentang kuliner kalau ke Aceh itu pasti tak habisnya. Apalagi untuk menikmati makanan khas masing-masing daerah di Aceh pasti punya kesan tersendiri.

Kari sie itek (bebek) Gampong Turam, Peukan Biluy, Kabupaten Aceh Besar mungkin bisa jadi salah pilihan untuk menikmati kuliner ala Aceh Rayeuk tersebut.

Pasalnya, masakan bebek dari gampong Turam ini memang tidak ada nama resmi, malah bagi sebagian pelancong yang ingin menikmati sie itek ini sering menyebut dengan “bebek kuntilanak”. Bukan tanpa alasan, karena untuk menemukan kuliner yang satu ini hanya ada pada malam hari di desa setempat.

“Ayah”, itulah sebutan juru kunci pemilik kuliner sie itek yang hanya buka di malam hari tersebut dari pukul 19.00 WIB sampai menjelang larut malam sekitar pukul 3.00 WIB pagi dan itu pun jika masih tersisa, kadang bisa lebih awal tutupnya.

Maka tidak heran kuliner dengan aroma u teulheu/u neulheu (kelapa gonseng gilingan) ini bisa mendapat julukan bebek kuntilanak. Pasalnya cuma ada di malam hari dan lorong masuk ke rumah si Ayah terkenal cukup seram alias gelap, jadi ada baiknya Anda pergi tidak sendirian, bisa-bisa disambet kunti benaran kesasar.

Gampong Turam, mukim Darul Kamal merupakan salah satu daerah bersejarah para raja-raja ini tidak begitu jauh dari kota Banda Aceh. Anda bisa menempuhnya sekitar 10-15 menit menuju ke lokasi sekitar tempat kuliner Peukan Biluy.

Harga satu piring plus nasi terbilang murah dan meriah. Tapi tunggu dulu, Anda jangan membayangkan tempat ini seperti sebuah warung makan apalagi resto atau cafe, melainkan hanya sebuah rumah warga biasa dengan suasana asli kampung.

Disini kita akan dijamu layaknya bertamu ke rumah seseorang, hitung-hitung Anda bersilaturahmi begitulah suasana untuk menikmati saboh ceupe sie itek (satu piring bebek) dengan beralaskan tikar ala kadar.
Menariknya kuliner ke kampung-kampung seperti ini juga bisa jadi ajang saling berkomunikasi dan berinteraksi bersama masyarakat setempat. Apalagi jika pada jam-jam makan malam, rasanya seperti dinner bersama saudara sekampung.

Menikmati kuliner bebek memang tidak sembarangan, padanan rasa dan aroma memang selalu menjadi daya tarik tersendiri.

Jadi, jika Anda sempat ke Banda Aceh jangan lupa untuk mampir ke Gampong Turam ya dan menikmati sensasi sie itek alias bebek kuntilanak ini. Selamat berjelajah di gampong para raja, Aceh besar
 
sumber : www.seputaraceh.com (visit website now)
Baca Selengkapnya