Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Wednesday 15 August 2012

Ini Nama-nama Senjata Urang Gayo


Takengon – Sedikitnya ada 16 jenis peralatan atau senjata yang dimiliki suku bangsa Gayo yang berhasil dirangkum seorang kolektor senjata Gayo, M. Thaib, KB Aman Fauzan sejak beberapa tahun belakangan ini.

Ke-16 peralatan sebagai senjata perlindungan dari bahaya dan keperluan lainnya ini diungkapkan seorang kolektor senjata khas Gayo, M. Thaib. KB dalam kesempatan mendapat kunjungan seorang peneliti dari Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh, Agung Suryo, Kamis 19 Juli 2012.

Diantara nama-nama senjata tersebut adalah :

Kunyur gagang mano, alat berburu yang sudah modern bermata besi
Pedang temor, terbuat dari Temor (sejenis pohon pinang yang banyak tumbuh di Gayo). Senjata yang terbuat dari Temor biasanya untuk anti kebal.
Pedang Kol, pedang berukuran agak besar
Parang berowe, senjata tajam yang khusus dipakai untuk mencari rotan
Penggeleh koro, senjata tajam khusus memotong hewan ternak besar
Kunyur temor, tombak berbahan Temor
Kunyur oloh, Tombak berbahan Bambu
Lapan sagi, senjata dari kayu bertekstur keras dibentuk dengan 8 sisi.
Tikon guru kampong, tongkat yang dipakai oleh orang pandai (tabib, kejurun belang, dan lain-lain)
Aci aci, terbuat dari kayu berduri
Tikon ni Reje, tongkat milik Raja yang berisi pedang
Rudus, sejenis pedang
Rudus kucak, pedang kecil
Tikon bemata, tongkat yang sebenarnya adalah senjata tajam
Penike, sebuah peralatan yang digunakan untuk mencari orang atau benda yang hilang.
Bawar, sejenis keris atau rencong yang merupakan lencana kebesaran Reje di Gayo.

Dari belasan peralatan tersebut, ada satu yang bentuknya adalah senjata tajam sejenis keris atau rencong namun tidak digunakan sebagaimana bentuknya, namanya Bawar.

“Bawar bukan senjata, namun sebagai lambang kekuasaan atau kebesaran seorang Reje (Raja-red) di Gayo,” kata M. Thaib KB.



Bawar merupakan lencana sebuah kebesaran kerajaan dan yang berhak menyimpannya adalah Reje. Dan di Gayo dalam sejarahnya, menurut M. Thaib KB ada beberapa Reje yang mempunyai Bawar diantaranya Patiamang di Gayo Lues, Reje Linge, Reje Gunung, Reje Syiah Utama, Reje Cik Serule, dan Reje Ilang.
M. Thaib KB menerangkan senjata Aci-aci atau Tu Inih. (Khalisuddin | Lintas Gayo)

Dan yang masih ada wujudnya diantaranya Bawar Reje Gunung yang disimpan M. Thaib. KB, Bawar Cik Serule di Serule, dan Bawar Reje Linge. Sementara Bawar Syiah Utama dinyatakan hilang oleh pewarisnya Mursyid Minosra. Hilang di Banda Aceh saat tsunami 2004 silam. Untuk Bawar Reje Ilang di rampas Belanda.

Untuk Bawar Linge, M. Thaib KB tidak yakin yang ada sekarang adalah yang asli. Sementara untuk Bawar Cik Serule dia mengaku pernah melihatnya dengan bentuk sangat mirip dengan Bawar Reje Gunung, hanya bahannya yang berbeda.

“Bawar Cik Serule bermata emas, bersarung emas namun bisa sembarang dibuka, mesti dengan sejumlah persyaratan dan perlakuan tertentu,” terang M. Thaib KB. Bawar mempunyai pasangan yang dinamakan Lading yang merupakan lencana bagi istri sang Reje, timpalnya.

Peralatan-peralatan atau senjata tersebut belum termasuk alat untuk mengkhitan, dan sejumlah peralatan lainnya yang biasa diapakai di Gayo untuk berbagai keperluan hidup, seperti Serampang (alat penangkap ikan).

Untuk melestarikan sekaligus agar dapat dilihat oleh orang banyak atas sejumlah peralatan-peralatan yang ada di Gayo, M. Thaib KB sangat berharap agar dapat disimpan di Museum.

“Benda peninggalan muyang datu hendaknya dapat disimpan di Museum agar dapat dilihat, dikenali, dipelajari sekaligus sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Gayo,” pinta M. Thaib KB.

sumber : lintasgayo.com (Visit This Website Now)

1 comments:

Unknown said...

Sudah seharusnya ada yg perduli dengan segala peninggalan berupa benda-benda budaya gayo sebagai alat bukti sejarah Gayo, seperti halnya berbagai jenis senjata tradisional tanah Gayo di masa lalu, sehingga generasi muda Gayo tidak kehilangan jejak sejarah leluhurnya sendiri.