Wakil Walikota Banda Aceh Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE menyerahkan
seperangkat alat "peusunteng" tepung tawar yang diterima langsung
masyarakat Gampong Pango Raya di Mesjid setempat, Selasa 5 Maret 2013.
Usai penyerahan tersebut, Illiza meminta warga Pango Raya agar
meningkatkan kesadaran untuk menguatkan adat budaya dan syariat yang
sedikit demi sedikit tergerus oleh globalisasi. Dikatakannya, melalui
program MAA diharapkan masyarakat Kota Banda Aceh akan mengingat dan
membudayakan kembali adat istiadat Aceh kepada anak dan cucu.
"Seperti yang kita lakukan pada hari ini dan tahun tahun sebelumnya,
adalah bentuk upaya Pemko Banda Aceh melalui Majelis Adat Aceh (MAA)
Kota Banda Aceh untuk menggunakan dan menguatkan kembali adat istiadat
Aceh dengan menyerahkan seperangkat alat tepung tawar, seperangkat alat
pengantar perkawinan, sange dan lain sebagainya,” kata dia.
Dijelaskannya, pula bahwa untuk memperkuat syariat itu dengan adat,
begitu pula sebaliknya. "Adat dengan syariat tidak terlepaskan, kalau
suatu gampong punya adat istiadat bagus tentu syariatnya juga bagus,"
kata Illiza.
Illiza juga menegaskan selama kepemimpinannya bersama wali kota, dia
lima tahun berjuang agar adat istiadat Aceh benar-benar bisa digunakan
kembali.
Illiza berharap agar alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan peusijuk atau lainnya, sehingga lambat laun semua
orang mencintai adat istiadat Aceh.
"Harapan kita masyarakat akan termotivasi dan dengan sendirinya akan
melakukan adat istiadat yang sesuai aslinya ditambah pula adanya
semangat berkat perhatian dari MAA kota Banda Aceh," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Adat Aceh Kota Banda Aceh, Sanusi Husein,
menjelaskan bahwa MAA hadir sebagai wujud lembaga untuk menggali dan
memperkuat kembali adat istiadat Aceh yang sudah mulai ditinggalkan.
Dikatakannya ketika seseorang mencintai adat istiadt sendiri maka ia
akan mencintai daerahnya.
Karena tidak bisa dipungkiri jayanya Islam di Aceh tidak terlepas
kuatnya adat istiadat yg belaku pada masyarakay tempo dulu.
Dicontohkannya seperti gemuruh zikir, dalail, dan tarian tarian
membuktikan Aceh tidak terlepas dari nilai spiritualitas agama.
"Kita ingin bangun gairah dan semangat untuk mencintai adat dan daerah
dengan cara memperkaya kembali bagaimana adat istiadat Aceh yang
sebenarnya," katanya.
Untuk tahun 2013 ini, katanya, MAA Kota Banda Aceh akan melihat sejauh
mana adat Aceh telah berjalan di Kota Banda Aceh dengan melakukan
pendataan ke gampong-gampong untuk melihat apa-apa saja yang sudah
dijalankan di gampong itu, sudah ada belum reusamnya dan jika ada apa
isinya. Lalu sesuai tidak dengan adat budaya aceh yang sebenarnya.
Dikatakannya, pula kegiatan di Pango Raya ini merupakan penyerahan
perdana yang dilakukan MAA pada tahun 2013 ini. "Akan ada 19 penyerahan
lagi untuk 19 gampong lainnya di Kota Banda Aceh," ujar dia. (mrd)