Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Tuesday, 31 July 2012

Turis Malaysia Terbanyak Kunjungi Aceh


aceh

BANDA ACEH — Wisatawan Malaysia menduduki peringkat utama para turis asing yang berkunjung ke Aceh. Tahun lalu tercatat lebih dari 18 ribu wisatawan dari Negeri Jiran tersebut melawat ke Serambi Mekah. Demikian dikatakan Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Prof Jasman J Ma,ruf, kemarin.
Secara keseluruhan turis manca negara yang berkunjung ke Aceh mencapai angka 23 ribu, lebih 70 persen dari mereka adalah jiran dari Malaysia, yang datang ke Serambi Mekah untuk beribadah dan berziarah ke makam ulama.
Mesjid Raya Baiturrahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh merupakan tujuan utama wisatawan, kata Jasman, selain mesjid Baiturrahim, dibibir pantai Ule Lheu yang masih utuh meski dihempas tsunami, mereka juga mengunjungi makam ulama Syiah Kuala (Syech Abdur Rauf As Singkily), yang makamnya juga dibibir pantai.
Aceh dikatakan Jasman memiliki banyak situs-situs sejarah Islam, seperti mesjid kuno Tgk.Di Anjong, mesjid Samalanga, serta makam ulama seperti Syech Hamzah Fansury di perbukitan Pancu, Peukan Bada.
Para turis Malaysia dikatakan Jasman merasakan kenyamanan saat beribadah di Aceh, mereka terasa lebih khusyuk berpuasa dan melakukan shalat wajib dan tarawih di mesjid raya Baiturrahman.
Para wisatawan yang datang ke Aceh juga dapat melihat suasana tradisional kehidupan masayarakat Aceh yang masih asli di desa Leubok Sukon, disana para turis bisa menginap dan tinggal serta beraktivitas bersama warga, dengan kehidupan yang masih sangat alami.

sumber : www.harianterbit.com (Visit This Website Now)
Baca Selengkapnya

Friday, 27 July 2012

Sungai Alas Tempat Terindah Di Dunia


Obyek yang menarik untuk dinikmati berupa panorama alam hutan tropis dan perkampungan rakyat tradisional di sepanjang tepian Sungai Alas, sungai yang berarus tenang sampai deras dan jeram-jeramnya yang membawa keasyikan tersendiri dan memerlukan keberanian yang tinggi. Dan juga jenis satwa yang turun minum ke tepi sungai seperti primata, rusa, gajah, burung. Jika ingin merasakan sejuk dan jernihnya air sungai, wisatawan diperbolehkan mandi.


Alamat Lokasi : Kantor Taman Nasional Gunung Leuser:
Jl. Raya Blangkejeren No. 37 Tanah Merah, Km. 3, PO.Box 16, Kutacane, NAD
Telp. (0629)21358 Fax. 21016. Jarak tempuh sekitar 35 km dari Kutacane
Baca Selengkapnya

Taman Nasional Gunung Leuser Situs Warisan Dunia UNESCO


Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.

Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.

Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu : a. perlindungan sistem penyangga kehidupan; b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Secara yuridis formal keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser untuk pertama kali dituangkan dalam Pengumuman Menteri Pertanian Nomor: 811/Kpts/Um/II/1980 tanggal 6 Maret 1980 tentang peresmian 5 (lima) Taman Nasional di Indonesia, yaitu; TN.Gunung Leuser, TN. Ujung Kulon, TN. Gede Pangrango, TN. Baluran, dan TN. Komodo. Berdasarkan Pengumuman Menteri Pertanian tersebut, ditunjuk luas TN. Gunung Leuser adalah 792.675 ha. Pengumuman Menteri Pertanian tersebut ditindaklanjuti dengan Surat Direktorat Jenderal Kehutanan Nomor: 719/Dj/VII/1/80, tanggal 7 Maret 1980 yang ditujukan kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa diberikannya status kewenangan pengelolaan TN. Gunung Leuser kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser.

Diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera ke daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 2004, membuat Taman Nasional Gunung Leuser juga masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Sebagai dasar legalitas dalam rangkaian proses pengukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN. Gunung Leuser seluas 1.094.692 hektare yang terletak di Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa TN. Gunung Leuser terdiri dari gabungan:
  1. Suaka Margasatwa Gunung Leuser  : 416.500 hektare
  2. Suaka Margasatwa Kluet  : 20.000 hektare
  3. Suaka Margasatwa Langkat Barat  : 51.000 hektare
  4. Suaka Margasatwa Langkat Selatan  : 82.985 hektare
  5. Suaka Margasatwa Sekundur  : 60.600 hektare
  6. Suaka Margasatwa Kappi  : 142.800 hektare
  7. Taman Wisata Gurah  : 9.200 hektare
  8. Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas  : 292.707 hektare
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007, Saat ini pengelola TNGL adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA)Departemen Kehutanan yaitu Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang dipimpin oleh Kepala Balai Besar (setingkat eselon II).

Salah satu Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang terkenal di dalam kawasan TNGL adalah Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera - Bukit Lawang di Kawasan Wisata Alam Bukit Lawang - Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Sisi lain, taman nasional ini juga mendapat perhatian karena maraknya kasus penebangan pohon illegal di beberapa lokasi yang menyalahi reservasi lingkungan.Sebagian besar kawasan TNGL memiliki topografi yang curam dan struktur dan tekstur tanah yang rentan terhadap longsor. Hal ini terbukti pada saat banjir bandang yang menghancurkan kawasan wisata alam Bukit Lawang beberapa tahun lalu. Untuk lebih menjaga TNGL dari kerusakan yang lebih parah maka dibentuklah suatu kawasan yang disebut Kawasan Ekosistem Leuser. Kawasan yang memiliki luas 2,6 juta hektar ini meliputi area yang lebih datar di sekeliling TNGL dan berfungsi sebagai penyangga 

sumber : Klick Disini
Baca Selengkapnya

Thursday, 26 July 2012

Waaahh, Asyiknya Berwisata Ke Aceh.

(Pengalaman Pribadi Muhammad Muhajir di Aceh)
Sabang, NAD , April 2009
Gak niat awalnya, realisasi akhirnya, finally .... sepertinya ungkapan yang tepat ketika aku menginjakkan kaki di negeri Cut nyak Dien ini. Meskipun letaknya bersebelahan dengan propinsi yang aku tinggali, tapi karena alasan keamanan beberapa kali ku tunda keberangkatan ke wilayah ini.
Aceh (especially Sabang) biota lautnya gak kalah koq jika di bandingkan dengan kota lain yang telah tersohor alamnya, Iboh, Rubiah, Gapang Island adalah jaminan tuk melihat keindahan trumbu karang dan mahluk laut lainnya, even hanya dengan bersnorkling, sayang sarana transportasi yang relatif tidak mudah dan tidak murah tuk mencapai tempat-tempat indah tersebut.






Iboh Island







                                                                    Rubiah Island


View From The Top, Zero Km




Bermain pasir di Sumur Tiga, Sabang


 
Menjelang Sunset, Kasih Beach, Sabang


Tangkapan Nelayan Sabang



Road to Water Fall of Sabang 

Track to Volcano


Museum Tsunami, Banda Aceh

Mesjid Raya-Baiturrahman, Banda Aceh
 
Belanja oleh-oleh Toko Souvenir
Rencong Aceh, Banda Aceh

Lapangan Blang Padang, Banda Aceh







sumber : http://ajimdnkota.blogspot.com/ (Visit This Blog Now)

#Waaahhh.. menarik bukan?? ingin seperti  Muhajir? makanya kunjungi segera Aceh...






Baca Selengkapnya

Mau Membeli Souvenir Aceh? Ini ada Alamat dan Tokonya (Bisa Online juga Lho!!)

Foto : http://ajimdnkota.blogspot.com (Visit This Website)

Untuk Mempermudahkan Anda memperoleh barang-barang unik, menarik, dan indah dari Aceh. Ini ada beberapa toko yang memperjual belikan segala aneka ragam souvenir Aceh.
Berbelanja di Aceh merupakan hal biasa yang tidak bisa Anda tolak. Produk yang dijual berkisar kebutuhan harian dan komoditas pertanian. Untuk berbelanja souvenir dapat ditemukan di beberapa tempat berikut ini.
  • Pusaka Souvenir di Jalan Sri Ratu Safiatuddin No. 78, Peunayong, Banda Aceh. Telp: +62 651 741 1510
  • Pasar Aceh tepat di belakang masjid agung Baiturrahman. Bertemu penduduk lokal dan berbelanja di pasar.
  • Rencong Aceh di Jalan Mohd. Jam, no. 1-E Banda Aceh. Hubungi pemiliknya di +62 852 6010 1687
  • Nyak Ni Usaha Souvenir di Jalan Singgah Mata 10 Blower, Banda Aceh. +62 651 48474
  • Lhoong Raya Souvenir di Jalan Malikul Shaleh No. 56 Neusu. Hubungi mereka di +62 651 21357

  • Store Souvenir Aceh  Alamat: Jln Banda Aceh - Medan, Simpang Komplek Dayah Raudhatul Ma'arif Cot Treung, Muara Batu - Aceh Utara, Code Pos : 24355
    Telepon: 0852 6088 9865 (Pesan Online melalui www.souveniraceh.com)
     


     

Baca Selengkapnya

Perempuan-perempuan Aceh yang Tempo Dulu Perkasa



Perempuan millenium Indonesia masih berjuang menegakkan kesamaan haknya – yang terinspirasi oleh “gerutuan” R.A. Kartini. Namun, 7 abad lalu perempuan Aceh telah menikmati hak-haknya sebagai manusia yang setara tanpa perdebatan.

Di Matangkuli, Kecamatan Minye Tujoh,Aceh Utara, terdapat sebuah makam kuno yang nisannya bertuliskan bahasa Arab dan Jawa Kuno. Di nisan itu, tertoreh nama Ratu Ilah Nur yang meninggal tahun 1365. Siapa Ilah Nur ? Ilah Nur adalah seorang Ratu yang memerintah Kerajaan Pasai. Keterangan itu juga terdapat dalam kitab Negara Kertagama tulisan Mpu Prapanca dan buku Hikayat Raja-Raja Pasai. Tidak banyak keterangan yang didapat oleh peneliti tentang masa pemerintahan Ratu Ilah Nur ini.

Perempuan Aceh memang luar biasa.Mereka mampu mensejajarkan diri dengan kaum pria. Bahkan, dalam peperangan pun, yang biasanya dilakukan kaum pria, diterjuni pula.Mereka menjadi komandan, memimpin ribuan laskar di hutan dan digunung-gunung. Para perempuan Aceh berani meminta cerai dari suaminya – bila suaminya berpaling muka kepada Belanda. Kaum pria Acehpun bersikap sportif. Mereka dengan lapang hati memberikan sebuah jabatan tertinggi dan menjadi anak buahnya. Diantara mereka menjadi amat dikenal bahkan melegenda, seperti Cut Nayk Dien, Laksamana Kumalahayati, dan sebagainya.
Beberapa preode, Kerajaan Aceh Besar yang berdaulat, pernah dipimpin oleh perempuan. Selain Ratu Ilah Nur,ada Sultanah Safiatuddin Syah, Ratu Inayat Zakiatuddin Syah, Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah dan Ratu Nahrasiyah. Sementara yang terjun ke medan pertempuran, ada Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Pocut Baren dan Pocut Meurah Intan. Ada pula yang menjadi ullebalang (penguasa lokal).

Ratu Nahrasiyah
Dr.C. Snouck Hurgronje terkagum-kagum menyaksikan sebuah makam yang demikian indah di situs purbakala Kerajaan Samudera Pasai di AcehUtara. Makam yang terbuat dari pualam itu, adalah makam Nahrasiyah,seorang Ratu, putri dari Sultan Zain al-Abidin. Ia memerintah lebih dari 20 tahun. Nama Sultan Zain al-Abidin dalam berita –berita Tiongkokdikenal dengan Tsai-nu-li-a-ting-ki. Kronika Dinasti Ming (1368-1643)menyebutkan, Ratu ini mengirimkan utusan-utusannya yang ditemani olehsida-sida China Yin Ching kepada mahararaja China, Ch’engtsu(1403-1424). Pada tahun 1415 Laksamana Cheng Ho dengan armadanya datang mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai. Ratu yang dimaksud dalam berita China itu tidak lain adalah Ratu Nahrasiyah.

Sultanah Safiatuddin Syah (1641-1675)
Bersyukur bahwa catatan tentang Sultanah Safiatuddin Syah cukup banyak sehingga dapat memberikan gambaran yang memadai tentang kiprahnya memimpin.Syafiatuddin Syah lahir tahun 1612 dan anak tertua Sultan Iskandar Muda. Puteri Syafiatuddin gadis yang rupawan, cerdas dan berpengetahuan. Setelah dewasa, dia dinikahkan dengan Iskandar Thani,putera Sultan Pahang yang dibawa ke Aceh setelah dikalahkan oleh Sultan Iskandar Muda. Sultanah Safiatuddin Syah memerintah selama 35 tahun(1641 – 1675), pada masa-masa yang paling sulit karena Malaka diperebutkan antara VOC dengan Potugis. Ia dihormati oleh rakyatnya dan disegani Belanda, Portugis, Inggris, India dan Arab. Ia meninggal 23 Oktober 1675.
Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah
Sultanah Naqiatuddin adalah puteri Malik Radiat Syah. Hal penting dan fundamental yang dilakukan oleh Naqiatuddin pada masa pemerintahannya adalah melakukan perubahan terhadap Undang Undang Dasar Kerajaan Acehdan Adat Meukuta Alam. Aceh dibentuk menjadi tiga federasi yang disebut Tiga Sagi (lhee sagoe). Pemimpin Sagi disebut Panglima Sagi. Maksud dari pemerintahan macam ini agar birokrasi tersentralisasi dengan menyerahkan urusan pemerintahan dalam negari-negari yang terbagi Tiga Sagi itu. Untuk situasi sekarang, sistem pemerintahan Kerajaan Aceh dulu sama dengan otonomi daerah. Masa pemerintahannya singkat(1675-1678).

Ratu Inayat Zakiatuddin Syah
Naqiatuddin Syah meninggal, digantikan oleh Inayat Zakiatuddin Syah. Menurut orang Inggris yang mengunjunginya tahun 1684, usianya ketika itu sekitar 40tahun. Ia digambarkan sebagai orang bertubuh tegap dan suaranya lantang. Inggris yang hendak membangun sebuah benteng pertahanan guna melindungi kepentingan dagangnya ditolak Ratu dengan mengatakan,Inggris boleh berdagang, tetapi tidak dizinkan mempunyai benteng sendiri. Tamu lainnya adalah kedatangan utusan dari Mekkah. Tamu tersebut bernama El. Hajj Yusuf E. Qodri yang diutus oleh Raja Syarif Barakat yang datang tahun 1683. Ratu meninggal 3 Oktober 1688, lalu ia digantikan oleh Kamalat Zainatuddin Syah.
Ratu Kamalat Zainatuddin Syah
Silsilah ratu ini tidak banyak diketahui. Ada dua versi tentang asal usulnya.Perkiraan pertama ia anak angkat Ratu Sultanah Safiatuddin Syah dan lain pihak mengatakan ia adik Ratu Zakiatuddin Syah. Yang jelas, Ratu Zakiatuddin Syah berasal dari keluarga-keluarga Sultan Aceh juga. Pada masa Kamalat Syah bertahta, para pembesar kerajaan terpecah dalam dua pendirian. Orang kaya bersatu dengan golongan agama menginginkan kaum pria kembali menjadi Sultan. Kelompok yang tetap menginginkan wanita menjadi raja, adalah Panglima Sagi. Ia turun tahta pada bulan Oktober1699. Pada masa pemerintahannya, ia mendapatkan kunjungan dari Persatuan Dagang Perancis dan serikat dagang Inggris, East IndianCompany.
Cut Nyak Dien
Nama Cuk Nyak Dien bagai sebuah legenda. Setelah suaminya, Teuku Umar meninggal, ia memilih melanjutkan perjuangan bersenjata dengan pilihan : hidup atau mati di hutan belantara dari pada menyerah kepada Belanda. Ia membiarkan dirinya menderita dan lapar di hutan sambil terus dibayangi oleh pasukan marsose Belanda yang mengejarnya. Adakalanya ia berminggu-minggu tidak menjumpai sesuap nasipun. Ia melakukan itu selama 6 tahun. Ia lahir tahun 1848. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang. Ibunya juga keturunan bangsawan. Cut Nyak Dien aktif di garis depan. Akibatnya ia jarang berkumpul dengan suami dan anaknya. Persembunyian Cut Nyak Dien ditemukan oleh Belanda. Dalam keadaan buta dan lemah, ia ditangkap.Dengan tandu, Cut Nyak Dien dibawa oleh pasukan Belanda. Tanggal 11Desember 1906, Pemerintah Belanda mengasingkan Cut Nyak Dien dan kemanakannya ke Sumedang, Jawa Barat. Pada 9 November 1908 ia meninggal.
Cut Meutia
Memegang pedang yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, rambut terurai, tanpa ada keraguan sedikit pun, Cut Meutia menyongsong pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mosselman. Satu peluru di kepala dan dua di tubuhnya merubuhkan wanita yang digambarkan berparas cantik, kulit kuning berambut panjang. Ia tewas tangal 25 Oktober 1910 di hulu Sungai Peutoesetelah pengejaran yang melelahkan oleh pasukan elit Belanda. Cut Muetia lahir tahun 1870. Ayahnya, Teuku Ben Daud, seorang uleebalang Pirak yang setia terhadap Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah. Ibunya bernama Cut Jah. Pesonanya sesuai dengan namanya Muetia yang diartikan mutiara. Ia menikah dengan Teuku Syamsarif seorang uleebalang tahun1890 dalam sebuah pernikahan yang agung sebagai anak uleebalang.Bercerai dari suaminya, gelora jiwanya terlepas bebas sudah. Ia punikut bergerilya bersama ayah dan saudara-saudaranya. Kemudian iadinikahkan dengan Teuku Cut Muhammad (Chik Tunong) dan barulah ia benar-benar ikut angkat senjata.

Pocut Baren
Pocut Baren lahir di Tungkop. Ia putri seorang uleebalang Tungkop bernama Teuku Cut Amat. Daerah uleebalang Tungkop terletak di Pantai Barta Aceh. Suaminya juga seorang uleebalang yang memimpin perlawanan di Woyla. Pocut Baren merupakan profil wanita yang tahan menderita,sanggup hidup waktu lama dalam pengembaraan di gunung dan hutan belantara mendampingi suaminya. Ia disegani oleh para pengikut, rakyat dan juga musuh. Ia berjuang sejak muda dari tahun 1903 hingga tahun1910. Ia memimpin pasukannya di belahan barat bersamaan dengan Cut NyakDien ketika masih aktif dalam perjuangan. Suatu penyerangan besar-besaran dibawah pimpinan Letnan Hoogers, meluluh lantahkankan benteng pertahanan Pocut Baren. Kaki Pocut Baren tertembak dan ia dibawa ke Meulaboh. Sebagai penghargaan atas dirinya, Belanda menghadiahkan sebuah kaki palsu untuknya yang didatangkan khusus dariBelanda. Ia wafat tahun 1933.
Pocut Meurah Intan
Pocut Meurah Intan seorang puteri bangsawan dari kalangan Kesultanan Aceh.Ayahnya Keujruen Biheue berasal dari keturunan Pocut Bantan. Ia menikah dengan Tuanku Abdul Majid, salah seorang anggota keluarga Sultan Aceh,yang gigih menantang kehadiran Belanda. Belanda mencatat, bahwa PocutMeurah salah satu figur dari Kesultanan Aceh yang paling anti Belanda.Dalam laporan kolonial (Koloniaal Verslag) tahun 1905, sampai tahun1904 satu-satunya tokoh dari kalangan Kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap bersikap anti Belanda adalah Pocut Meurah Intan.
Intensitas patroli Belanda yang semakin meningkat, membuat Pocut Meuran Intan bersama kedua putranya tertangkap marsose. Namun sebelum tertangkap, ia masih melakukan perlawanan yang mengagumkan pihak lawan. Ia mencabut rencongya menyerbu brigade tempur Belanda. Terbaring di tanah digenangi darah dan lumpur, Veltman mengira ia tewas lalu meninggalkannya. KataValtman, biar dia meninggal ditangan bangsanya sendiri. Pocut Meuran Intan ternyata masih hidup. Ia diselamatkan. Valtman, pemimpin pasukanBelanda yang berpengalaman dan baik hati, menyebutnya sebagai heldhaftig (gagah berani). Veltman kemudian mengirim dokter untuk merawat luka-lukanya. Pocut Meurah Intan yang pincang dengan kedua putranya 6 Mei 1905 kemudian diasingkan ke Blora, Jawa. Pada 19 Septembar 1937 Pocut Meurah Intan meninggal. (Wanita Utama Aceh / Rizal Bustami)  (http://kabarinews.com/)
Baca Selengkapnya

Foto Aceh Tempo Dulu (Lanjutan)

PEMANDANGAN KRUENG ACEH TAHUN 1874
CUT NYAK DHIEN

KEDIAMAN GUBERNUR BELANDA DI KOETARADJA 1874


MESJID RAYA BAITURRAHMANMESJID RAYA BAITURRAHMANMESJID RAYA BAITURRAHMAN

MESJID RAYA BAITURRAHMAN


TRAM DI KOETARADJA SEKITAR TAHUN 1895


DAYAH DAN MAKAM TEUNGKU DIANJONG DI KOETARADJA SEKITAR THN 1892

PEJUANG ACEH TEMPO DULU


SULTAN ACEH TERAKHIR

HOTEL DE I'EUROPE DI KOETRADJA THN 1892

MEULIGOE TAHUN 1878

PRAJURIT KNIL DI GUNONGAN TAHUN 1874

BENTENG MERIAM BELANDA DI KRUENG ACEH THN 1874

ATJEH BENTENG

ATJEHNATIVEHOUSES 1890

SABANG

KAMPSIMPANG NEUSU (DEPAN PINTU MASUK TAMAN PUTROE PHANG)

TK PERTIWI BANDA ACEH TAHUN 1979



HOTEL ACEH (DEPAN MESJID RAYA) MUSNAH AKIBAT TERBAKAR, TIANG PANCANGNYA MASIH TERSISA


SABANG 1912

----------
Sumber :

http://www.bluefame.com/index.php?showtopic=124248

http://n4dz4r.multiply.com/photos/album/8/foto_tempo_doeloe_aceh

http://sarjan.multiply.com/photos/album/7/Foto_Tempo_Doeloe

http://roeshanny.wordpress.com/2008/10/28/aceh-tempo-dulu/

http://www.flickr.com/photos/12386296@N08/3728967499/page2/

http://kkrencong.wordpress.com/2009/01/06/tempo-doeloe/
http://aweaceh.blogspot.com (Visit This Website Now)
Baca Selengkapnya

Pembentukan ISBI untuk Penguatan Budaya Lokal di Aceh


Banda Aceh | Lintas Gayo - Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) melaksanakan rapat kerja di Hotel Hermes Banda Aceh, Minggu (08/07/2012) lalu. Kegiatan ini dibuka Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang diwakili Sulaiman AW, Kabag Agama Biro Keistimewaan, kegiatan ini berlangsung 8-12 Juli 2012.
Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar, M.Hum selaku rektor Institut Seni Indonesia Padang Panjang mengatakan ISBI dibentuk sebagai penguatan budaya-budaya lokal, banyak alasan yang digunakan sebagai rangka pengembangan daerah tentu yang mempunyai nilai kreatifitas-kreatifitas lokal yang patut di gali. Salah satunya institusi yang patut dibentuk adalah institusi seni dan punya nilai-nilai seni, terang Mahdi Bakar.
Sementara itu rektor Unsyiah Prof. Dr. Syamsurizal mengatakan, begitu banyak mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi memilih jurusan kedokteran yang memang menjadi jurusan favorit.
“Tetapi tidak memandang bahwa betapa banyak juga dokter-dokter yang tidak sukses dalam karirnya tapi bila kita lihat seniman-seniman yang telah mengeluarkan karya dalam bentuk buku atau film sebagai contoh berapa omset yang diperoleh dari pembuatan buku dan film harry potter dan film-film lainya yang lahir dari seni”, ujar Samsul Rizal
Rektor unsyiah ini juga menyesalkan tidak terealisasinya Institut Kesenian Aceh (IKA) yang seharusnya berdiri di Bener Meriah. Padahal pada waktu itu kepanitiaan sudah terbentuk, tambahnya
Amatan Lintas Gayo selain Rektor ISSI Padang Panjang Prof. Dr. Mahdi Bahar S, Kar, M.Hum, rektor Unsyiah Prof Dr. Syamsurizal,  turut sejumlah tokoh akademisi dan budayawan Aceh, diantaranya Fuad Mardatillah dari IAIN Ar-Raniry, Syamsul Kahar dari Serambi Indonesa dan Salman Yoga S yang satu-satunya seniman yang berasal dari Gayo. (Zuhra Ruhmi)

sumber : www.lintasgayo.com (Visit This Website Now)
Baca Selengkapnya

Cagar Budaya Aceh



PROVINSI Aceh merupakan satu wilayah yang memiliki sejumlah situs bersejarah, yang tentunya menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Ini merupakan satu asset daerah yang harus terus dijaga dan dilestarikan sehingga tidak punah. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan dari situs-situs bersejarah yang berada di wilayah Aceh berada dalam kondisi memprihatinkan baik dari segi penanganan maupun pemanfaatan.

Sebagian situs bersejarah tersebut memang sudah dilakukan penanganan dalam rangka pemelihaaan, namun sayangnya kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pemugaran tanpa ada kegiatan tindak lanjutnya. Sehingga hasil akhir yang terlihat adalah sebuah lokasi yang sunyi senyap tanpa memberi kontribusi nyata bagi masyarakat di sekitarnya. Kontribusi situs hanya dirasakan oleh peneliti yang menaruh perhatian dalam ranah ilmiah.

Secara umum, situs-situs Cagar Budaya yang tersebar di berbagai kawasan di Aceh itu tidak tertangani dengan baik. Jika sebagian pihak mengatakan bahwa telah dilakukan pemugaran terhadap sebagian situs Cagar Budaya, pernyataan ini memang benar adanya, namun kenyataan yang terlihat adalah bahwa sangat kurang pemanfaatan terhadap situs yang sudah dipugar. Setelah kegiatan pemugaran selesai maka selesailah kegiatan di situs tersebut. Idealnya, setelah kegiatan pemugaran selesai dilakukan, kawasan tersebut dapat dan boleh dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga tidak terkesan bahwa situs Cagar Budaya hanya dikunjungi pada waktu-waktu tertentu oleh orang-orang tertentu.

Mungkin pembaca masih ingat tentang penemuan sepasang Ular Phyton di situs Taman Putroe Phang (Serambi, 28/3/2012). Berita ini tentunya mengejutkan kita semua, bagaimana sebuah situs yang berada di tengah kota Banda Aceh tenyata berisi dihuni Ular Phiton? Bahkan pengakuan masyarakat, di sungai kecil yang melintasi Taman Putroe Phang masih ada seekor Phyton lagi. Ada apa dengan pengeloaan situs Taman Putroe Phang, tidak terawat, dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat?

Berbagai pertanyaan itu, tentunya, membutuhkan jawaban dan perhatian besar dari pihak-pihak terkait. Dibutuhkan sebuah good will terhadap pengelolaan dan pemanfaatan cagar budaya sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Lalu bagaimana sebenarnya pengelolaan dan pemanfaatn yang ideal terhadap situs cagar budaya?

 Boleh dimanfaatkan
Dalam Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 21 disebutkan bahwa pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Jabaran UU ini, memberikan gambaran bagi kita bahwa cagar budaya boleh dimanfaatkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di sekitar kawasan cagar budaya tersebut.

Pemanfaatan Cagar Budaya dapat dilakukan melalui zonasi situs sehingga keberadaan Cagar Budaya tersebut tidak akan terganggu oleh  aktivitas masyarakat di kawasan tersebut. Zonasi situs adalah untuk menentukan batas-batas keruangan situs Cagar Budaya dan kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

Dengan kata lain, maksud dari zonasi situs adalah membagi sebuah wilayah situs menjadi tiga tingkatan, yaitu: Pertama, Zona Inti yang merupakan areal utama di mana Cagar Budaya tersebut berada; Kedua, Zona Penyangga yang berfungsi sebagai pelindung atau “pagar” bagi Cagar Budaya di kawasan tersebut, dan; Ketiga, Zona Bebas yang merupakan areal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai tempat rekreasi maupun aktivitas ekonomi.

Dengan adanya zonasi itu, maka upaya memberi perlindungan situs dari kerusakan dan kehancuran Cagar Budaya yang akan muncul akibat dari adanya aktivitas masyarakat di kawasan tersebut dapat diminimalisir. Zonasi dapat dikatakan sebagai body guard atau penjaga Cagar budaya di suatu kawasan. Dengan adanya zonasi juga memudahkan dalam melaksanakan penataan situs Cagar Budaya sehingga kawasan tersebut tidak hanya terlindungi namun juga memiliki nilai estetis/keindahan.

Upaya yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan zonasi salah satunya adalah penataan situs seperti membuat jalan setapak yang mengitari situs sehingga pengunjung akan merasa betah dan nyaman ketika berkunjung ke kawasana tersebut. Selain itu perlu dilakukaan penataan taman sehingga memberi kesan sejuk dan indah. Namun dalam penataan taman ada aturan yang harus diperhatikan yaitu tidak boleh ada tanaman yang tingginya melebihi satu meter. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan situs yang diakibatkan oleh akar tanaman.

Pemanfaatan dan pengelolaan yang baik tentunya akan memberi hasil yang maksimal baik terhadap sektor industri pariwisata maupun penguatan ekonomi masyarakat. Upaya penting yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan situs Cagar Budaya adalah melibatkan masyarakat setempat sehingga mereka merasa memiliki situs tersebut.

Perasaan memiliki ini pada akhirnya akan mendorong mereka untuk tetap menjaga dan melestarikan Cagar Budaya tersebut. Perasaan memiliki ini dapat ditumbuhkan melalui penguatan ekonomi masyarakat dengan cara menjadikan situs dan kawasan Cagar Budaya sebagai obyek wisata. Masyarakat harus dilatih untuk terampil menghasilkan karya seni seperti cinderamata yang dijajakan di kawasan situs Cagar Budaya yang dilakukan di Zona Bebas.

 Pentas seni terbuka
Selain sebagai penguatan ekonomi masyarakat, situs Cagar Budaya boleh dan dapat dimanfaatkan sebagai wadah bagi seniman untuk melakukan atraksi seni. Sebagai contoh, Taman Putroe Phang dapat dijadikan sebagai pentas terbuka bagi sanggar seni yang tersebar di kota Banda Aceh. Adanya pentas dan pertunjukan seni terbuka ini tentunya akan menarik minat dan perhatian masyarakat untuk berkunjung ke lokasi cagar budaya yang bersejarah itu.

Pengalaman penulis ketika menempuh pendidikan di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, masyarakat di sekitar kawasan Candi Prambanan memanfaatkan lokasi Cagar Budaya tersebut untuk mementaskan “Sendratari Ramayana” setiap malam purnama. Atraksi ini tidak hanya ditonton oleh masyarakat lokal saja, namun juga menjadi tontonan menarik bagi turis mancanegara.

Mungkin kita bisa mencontoh konsep yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Candi Prambanan itu dan meramunya dengan tepat, sehingga tidak bertentangan dengan Syariat Islam. Dan sekali lagi, untuk mewujudkan ini semua dibutukan good will dan keseriusan dari pengambil dan pemangku kebijakan. Semoga!

* Laila Abdul Jalil, Alumni Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra UGM Yogyakarta. Saat ini sedang menempuh Program Pascasarjana Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Email: jalil_laila@yahoo.co.id. di Publikasikan di media massa Serambi Indonesia pada Tanggal Sabtu, 26 Mei 2012

Sumber : www.serambinews.com (Visit This Website Now)
Baca Selengkapnya